Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-60, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyelenggarakan Health Innovation Festival (HAi Fest), sebuah ajang yang bertujuan untuk mempromosikan potensi kekayaan alam Indonesia sebagai inovasi kesehatan. Acara yang berlangsung di Jakarta ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk pelaku industri kesehatan, inovator, akademisi, dan investor, serta menjadi wadah untuk menampilkan beragam produk dan teknologi terbaru di bidang kesehatan.
Menampilkan 150 Stan Inovasi dan Teknologi Kesehatan
HAi Fest 2024 menghadirkan lebih dari 150 stan yang memamerkan produk-produk inovatif, meliputi sektor farmasi, alat kesehatan, makanan dan minuman kesehatan, obat-obatan herbal, hingga produk alat kesehatan rumah tangga. Beragam inovasi yang ditampilkan di festival ini mencerminkan potensi besar Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya alam sebagai bagian dari solusi kesehatan modern. Produk-produk yang dipamerkan tidak hanya berasal dari perusahaan besar, tetapi juga dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang didukung untuk ikut serta dalam menciptakan inovasi kesehatan berbasis lokal.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam sambutannya, menegaskan bahwa acara ini adalah bagian dari pilar ketiga reformasi kesehatan Indonesia, yaitu pilar Ketahanan Kesehatan atau healthcare resiliency. “Dengan menghadirkan inovasi yang memanfaatkan potensi lokal, kita berusaha untuk meningkatkan kemandirian sektor kesehatan Indonesia, sehingga kita siap menghadapi tantangan kesehatan yang mungkin muncul di masa depan,” ujarnya pada Jumat di Jakarta.
Mendorong Kolaborasi dan Investasi di Sektor Kesehatan
Dalam HAi Fest 2024, Kementerian Kesehatan juga membuka peluang kerja sama dan investasi di bidang kesehatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Menteri Budi menegaskan pentingnya memperkuat sektor kesehatan Indonesia, terutama setelah pengalaman menghadapi pandemi COVID-19 yang menunjukkan perlunya kemandirian di sektor kesehatan. Menurutnya, pembelajaran dari pandemi ini harus diimplementasikan untuk mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi kemungkinan pandemi atau tantangan kesehatan lainnya di masa mendatang.
Ia mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini menghabiskan sekitar Rp560-580 triliun setiap tahunnya untuk sektor kesehatan, dengan pengeluaran kesehatan per kapita rata-rata sebesar 140 dolar AS. Dengan pengeluaran ini, usia harapan hidup rata-rata orang Indonesia adalah sekitar 72 tahun. Menteri Budi menambahkan, jika Indonesia ingin meningkatkan angka harapan hidup mendekati Malaysia (76 tahun) atau Singapura (84 tahun), maka pengeluaran sektor kesehatan harus semakin besar untuk menutupi kebutuhan layanan kesehatan berkualitas yang berkelanjutan.
Sebagai perbandingan, Malaysia mengalokasikan sekitar 450-460 dolar AS per kapita untuk kesehatan, sementara Singapura mengalokasikan sekitar 3.300 dolar AS per kapita. Melihat hal ini, Budi mengungkapkan bahwa sektor kesehatan Indonesia memiliki potensi besar bagi investor untuk berpartisipasi dalam pengembangannya. “Dengan potensi keuntungan yang signifikan, kami menyambut baik investor, baik dari dalam maupun luar negeri, yang ingin berkontribusi dalam memperkuat sektor kesehatan nasional,” tegasnya.
Namun, ia menekankan bahwa investasi dari luar negeri harus tetap menggunakan bahan baku dari Indonesia. Salah satu langkah yang dilakukan untuk menjaga kemandirian bahan baku lokal adalah melalui persyaratan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang diintegrasikan dalam e-katalog. Kebijakan ini memastikan bahwa produk kesehatan yang dipasarkan di Indonesia adalah produk yang mengutamakan bahan baku lokal.
Kolaborasi Multidisiplin untuk Kesehatan Masyarakat yang Lebih Baik
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menk PMK), Pratikno, yang juga hadir dalam acara ini, menyoroti pentingnya kesehatan sebagai pilar utama dalam membangun sumber daya manusia yang unggul. Pratikno menegaskan bahwa kesehatan sama pentingnya dengan pendidikan. “Sehebat apa pun seseorang dalam hal akademis, jika kondisi kesehatannya tidak baik, maka potensinya tidak bisa berkembang optimal,” ujar Pratikno.
Ia menekankan perlunya kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu untuk mendukung sektor kesehatan. Menurutnya, kemajuan teknologi, metalurgi, biologi, dan ilmu lainnya perlu disinergikan untuk menghasilkan inovasi kesehatan yang komprehensif. Pratikno juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri dalam pengembangan produk kesehatan berbasis riset dan teknologi.
Untuk mendukung inovasi kesehatan berbasis lokal, Pratikno meminta agar Kementerian Kesehatan memprioritaskan penggunaan anggaran untuk membeli produk-produk yang diproduksi di dalam negeri. Langkah ini diyakini akan mendorong pertumbuhan industri kesehatan nasional, sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
“Saya akan menjalankan peran saya sebagai Menteri Koordinator untuk memfasilitasi kolaborasi lintas sektoral. Ini bukan hanya tentang kerja sama di dalam Kemenko PMK, tetapi juga melibatkan kementerian dan pihak terkait di sektor industri, pendidikan, dan lainnya,” tambahnya.
Penghargaan bagi Inovator Kesehatan yang Mendukung Resiliensi
Selain memamerkan inovasi produk dan teknologi kesehatan, Kementerian Kesehatan juga memberikan penghargaan kepada individu dan institusi yang telah berkontribusi dalam pengembangan teknologi kesehatan di Indonesia. Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan, Lucia Rizka Andalusia, menjelaskan bahwa penghargaan ini diberikan untuk mengapresiasi mereka yang telah menunjukkan komitmen dalam menciptakan inovasi yang mendukung resiliensi atau ketahanan kesehatan nasional. Penerima penghargaan mencakup peneliti, pengusaha, dan organisasi yang telah menciptakan produk atau layanan kesehatan dengan dampak signifikan bagi masyarakat.
Menurut Lucia, dengan memberikan apresiasi kepada para inovator, diharapkan semakin banyak pihak yang terdorong untuk mengembangkan inovasi kesehatan yang berbasis pada potensi lokal. “Kami berharap para penerima penghargaan ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda dan pelaku industri lainnya untuk terus menciptakan produk yang tidak hanya memiliki nilai komersial, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas,” ujarnya.
Potensi Besar di Masa Depan untuk Kesehatan Berbasis Alam
Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah dan beragam, mulai dari tanaman obat, mineral, hingga sumber daya hayati lainnya yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan produk kesehatan. Menteri Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa potensi ini harus dikelola dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Dalam konteks ini, HAi Fest menjadi platform yang tepat untuk memperkenalkan produk-produk kesehatan berbasis alam kepada masyarakat dan investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dengan dukungan dari pemerintah dan kolaborasi dengan sektor swasta, diharapkan sektor kesehatan berbasis alam di Indonesia dapat tumbuh menjadi industri yang mandiri dan berdaya saing global. Langkah-langkah strategis, seperti penyediaan e-katalog dengan produk yang memiliki TKDN tinggi, juga diharapkan mendorong terciptanya produk-produk kesehatan lokal yang berorientasi ekspor.
Health Innovation Festival (HAi Fest) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan bukan hanya sekadar acara pameran, tetapi juga menjadi simbol komitmen pemerintah dalam mendukung inovasi dan ketahanan di sektor kesehatan. Dengan mengedepankan produk-produk berbasis alam dan potensi lokal, pemerintah berharap dapat memperkuat kemandirian sektor kesehatan Indonesia, sehingga mampu menjawab tantangan kesehatan yang mungkin muncul di masa depan.
Acara ini menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri untuk menghasilkan inovasi kesehatan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Dengan memperhatikan aspek kesehatan masyarakat, memperkuat dukungan pada industri kesehatan dalam negeri, serta mengapresiasi pihak-pihak yang berinovasi, Kementerian Kesehatan berupaya mendorong tercapainya generasi Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.