Connect with us

Kebijakan Kesehatan

JKN Solusi Kesehatan Berkelanjutan untuk Masyarakat Indonesia

Published

on

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program ambisius yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2014 sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan tujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia, JKN diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan dalam sektor kesehatan, termasuk akses, biaya, dan kualitas layanan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana JKN berfungsi sebagai solusi kesehatan berkelanjutan, manfaat yang ditawarkannya, serta tantangan yang perlu dihadapi untuk memastikan keberhasilan program ini.

Latar Belakang JKN

Sebelum adanya JKN, banyak masyarakat Indonesia yang mengalami kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan, terutama bagi kelompok masyarakat kurang mampu. Tingginya biaya perawatan kesehatan sering kali menjadi penghalang bagi individu dan keluarga untuk mendapatkan pelayanan yang mereka butuhkan. Melihat kondisi ini, pemerintah Indonesia merancang JKN sebagai sistem jaminan sosial yang bertujuan untuk memberikan akses layanan kesehatan yang lebih baik dan lebih terjangkau bagi semua warga negara.JKN dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, yang bertanggung jawab untuk mengelola program ini. Melalui JKN, peserta dapat mendapatkan berbagai layanan kesehatan, mulai dari pemeriksaan kesehatan dasar hingga perawatan rawat inap, dengan biaya yang lebih terjangkau. Program ini juga mencakup layanan kesehatan preventif, seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan berkala, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Manfaat JKN bagi Masyarakat

  1. Akses Layanan Kesehatan yang Lebih Baik: JKN memberikan akses yang lebih luas terhadap layanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa memandang status ekonomi dan sosial. Peserta dapat mengakses berbagai fasilitas kesehatan, termasuk puskesmas, klinik, dan rumah sakit, yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
  2. Perlindungan Finansial: Salah satu tujuan utama JKN adalah memberikan perlindungan finansial bagi peserta. Dengan adanya program ini, masyarakat tidak perlu khawatir tentang biaya pengobatan yang tinggi, karena sebagian besar biaya perawatan akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Hal ini sangat membantu, terutama bagi keluarga yang memiliki anggaran terbatas.
  3. Peningkatan Kualitas Kesehatan: JKN juga berfokus pada upaya pencegahan penyakit melalui layanan kesehatan preventif. Dengan mendorong masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan mendapatkan imunisasi, program ini berkontribusi pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
  4. Pemberdayaan Masyarakat: Melalui JKN, masyarakat didorong untuk lebih aktif dalam menjaga kesehatan mereka. Kesadaran akan pentingnya kesehatan dan akses layanan yang lebih mudah membuat masyarakat lebih proaktif dalam mencari perawatan medis ketika dibutuhkan.
  5. Pengurangan Kesenjangan Sosial: JKN berperan dalam mengurangi kesenjangan sosial dalam akses layanan kesehatan. Dengan memberikan perlindungan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat, program ini membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Tantangan dalam Implementasi JKN

Meskipun JKN menawarkan banyak manfaat, program ini juga menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan keberhasilannya:

  1. Tata Kelola dan Manajemen: Salah satu tantangan terbesar dalam implementasi JKN adalah tata kelola yang efektif. BPJS Kesehatan harus memastikan bahwa semua fasilitas kesehatan memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan, serta mengelola dana dengan baik untuk menghindari defisit.
  2. Kualitas Layanan Kesehatan: Meskipun JKN memberikan akses lebih luas, kualitas layanan kesehatan di beberapa fasilitas masih menjadi perhatian. Terdapat laporan mengenai antrian yang panjang, kurangnya tenaga medis, dan fasilitas yang tidak memadai di beberapa daerah, sehingga mempengaruhi pengalaman pasien.
  3. Kesadaran dan Edukasi Masyarakat: Banyak masyarakat yang masih kurang memahami hak dan kewajiban mereka sebagai peserta JKN. Edukasi yang lebih baik mengenai cara mendaftar, layanan yang tersedia, dan prosedur klaim sangat penting untuk meningkatkan partisipasi dan kepuasan peserta.
  4. Peningkatan Beban Pembiayaan: Dengan meningkatnya jumlah peserta dan permintaan layanan kesehatan, BPJS Kesehatan menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan finansial program. Kenaikan biaya perawatan kesehatan dan tuntutan layanan yang semakin tinggi dapat menyebabkan defisit dana.
  5. Adaptasi Teknologi: Dalam era digital, pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan menjadi sangat penting. Namun, masih ada tantangan dalam penerapan sistem informasi yang efisien dan efektif untuk mendukung pengelolaan JKN.

Solusi untuk Meningkatkan JKN

Untuk memastikan JKN menjadi solusi kesehatan berkelanjutan, beberapa langkah perlu dilakukan:

  1. Peningkatan Kualitas Layanan: Pemerintah dan BPJS Kesehatan perlu bekerja sama dengan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kualitas layanan. Ini termasuk pelatihan bagi tenaga medis, peningkatan infrastruktur, dan pemantauan berkala terhadap standar pelayanan.
  2. Edukasi Masyarakat: Program sosialisasi yang lebih intensif diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang JKN. Edukasi ini harus mencakup informasi mengenai hak dan kewajiban peserta, serta cara mengakses layanan.
  3. Pengelolaan Keuangan yang Efisien: BPJS Kesehatan perlu menerapkan sistem pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel untuk menghindari defisit. Selain itu, diversifikasi sumber pendanaan juga dapat membantu meningkatkan keberlanjutan program.
  4. Inovasi Teknologi: Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan JKN dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan. Pengembangan aplikasi mobile dan platform digital untuk memudahkan akses informasi dan klaim layanan dapat menjadi solusi yang baik.
  5. Kolaborasi dengan Sektor Swasta: Membangun kemitraan dengan sektor swasta dan organisasi non-pemerintah dapat memperluas jaringan layanan kesehatan dan meningkatkan kualitas program JKN. Ini juga dapat membantu dalam penyediaan sumber daya dan inovasi dalam pelayanan kesehatan.

Continue Reading

Kebijakan Kesehatan

Memperkuat Sistem Kesehatan Daerah Strategi Efektif Menerapkan Kebijakan Desentralisasi Kesehatan

Published

on

By

Dalam beberapa dekade terakhir, desentralisasi kesehatan telah menjadi fokus utama dalam pengembangan sistem kesehatan di banyak negara, termasuk Indonesia. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan otonomi lebih besar kepada pemerintah daerah dalam mengelola dan menyediakan layanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan memindahkan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke tingkat daerah, diharapkan pelayanan kesehatan menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan lokal. Artikel ini akan membahas langkah-langkah strategis yang dapat diambil untuk memperkuat sistem kesehatan daerah melalui penerapan kebijakan desentralisasi kesehatan.

Pentingnya Desentralisasi Kesehatan

Desentralisasi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem kesehatan dengan memberikan lebih banyak kekuasaan kepada pemerintah daerah. Beberapa manfaat dari desentralisasi kesehatan antara lain:

  1. Responsivitas Terhadap Kebutuhan Masyarakat: Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan spesifik masyarakat, pemerintah daerah dapat merancang dan mengimplementasikan program kesehatan yang lebih sesuai dan relevan.
  2. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan: Desentralisasi memungkinkan pengembangan infrastruktur kesehatan yang lebih baik di daerah, sehingga masyarakat memiliki akses yang lebih mudah terhadap pelayanan kesehatan.
  3. Peningkatan Akuntabilitas: Dengan adanya tanggung jawab yang lebih besar di tingkat daerah, masyarakat dapat lebih mudah mengawasi dan meminta pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam penyelenggaraan layanan kesehatan.
  4. Inovasi dalam Pelayanan Kesehatan: Pemerintah daerah yang memiliki otonomi lebih besar cenderung lebih inovatif dalam merancang program-program kesehatan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah masing-masing.

Strategi Efektif Menerapkan Kebijakan Desentralisasi Kesehatan

Untuk memastikan keberhasilan kebijakan desentralisasi kesehatan, terdapat beberapa strategi yang perlu diterapkan:

  1. Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
    Salah satu tantangan utama dalam desentralisasi kesehatan adalah kurangnya kapasitas SDM di tingkat daerah. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pelatihan dan pengembangan profesional bagi tenaga kesehatan, baik itu dokter, perawat, maupun tenaga kesehatan masyarakat. Program pelatihan ini harus fokus pada peningkatan keterampilan manajerial, komunikasi, dan pengetahuan tentang kebijakan kesehatan. Dengan meningkatkan kapasitas SDM, pemerintah daerah akan lebih siap untuk merancang dan mengimplementasikan program-program kesehatan yang efektif.
  2. Peningkatan Infrastruktur Kesehatan
    Infrastruktur kesehatan yang memadai sangat penting dalam mendukung pelayanan kesehatan di tingkat daerah. Pemerintah daerah perlu melakukan investasi dalam pembangunan dan perbaikan fasilitas kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Selain itu, penting juga untuk memastikan ketersediaan alat kesehatan dan obat-obatan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Dengan infrastruktur yang baik, masyarakat akan lebih mudah mengakses layanan kesehatan.
  3. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
    Data dan informasi yang akurat sangat penting dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Pemerintah daerah perlu mengembangkan sistem informasi kesehatan yang mampu mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data kesehatan secara efektif. Dengan memiliki akses terhadap data yang relevan, pemerintah daerah dapat merumuskan kebijakan dan program yang lebih tepat sasaran berdasarkan kebutuhan masyarakat.
  4. Kolaborasi dengan Stakeholder
    Desentralisasi kesehatan tidak dapat dilakukan secara efektif tanpa melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan sektor swasta. Pemerintah daerah perlu membangun kemitraan yang kuat dengan stakeholder tersebut untuk menciptakan program-program kesehatan yang lebih inklusif dan berkualitas. Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan evaluasi program kesehatan akan meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keberhasilan program tersebut.
  5. Monitoring dan Evaluasi Program Kesehatan
    Untuk memastikan bahwa program kesehatan yang diterapkan efektif, pemerintah daerah perlu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Sistem monitoring yang baik akan membantu mengidentifikasi masalah yang muncul selama pelaksanaan program dan memberikan informasi yang diperlukan untuk melakukan perbaikan. Evaluasi yang sistematis juga akan memberikan gambaran tentang dampak program terhadap kesehatan masyarakat dan efektivitas penggunaan sumber daya.
  6. Promosi Kesehatan dan Edukasi Masyarakat
    Masyarakat yang sadar akan kesehatan dan memiliki pengetahuan yang baik tentang layanan kesehatan cenderung lebih aktif dalam mencari dan memanfaatkan layanan tersebut. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk melakukan promosi kesehatan dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan, pencegahan penyakit, dan cara mengakses layanan kesehatan. Program-program edukasi ini harus disesuaikan dengan budaya dan kebutuhan lokal untuk meningkatkan efektivitasnya.

Tantangan dalam Penerapan Desentralisasi Kesehatan

Meskipun desentralisasi kesehatan memiliki banyak keuntungan, terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi, seperti:

  1. Ketidakmerataan Sumber Daya: Beberapa daerah mungkin memiliki keterbatasan sumber daya, baik dari segi finansial maupun SDM, yang dapat menghambat implementasi kebijakan desentralisasi.
  2. Korupsi dan Penyalahgunaan Wewenang: Desentralisasi dapat membuka peluang bagi korupsi dan penyalahgunaan wewenang jika tidak ada sistem pengawasan yang ketat.
  3. Keterbatasan Koordinasi Antar Tingkat Pemerintahan: Tantangan lain adalah kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, yang dapat mengakibatkan kebijakan yang tidak sinkron dan tumpang tindih.
  4. Resistensi terhadap Perubahan: Beberapa pihak mungkin menolak perubahan yang datang dengan desentralisasi, terutama jika mereka merasa kehilangan kekuasaan atau pengaruh.

Continue Reading

Kebijakan Kesehatan

Membangun Kerjasama untuk Kesehatan yang Lebih Baik

Published

on

By

Kesehatan adalah salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, tantangan kesehatan tidak mengenal batas negara dan seringkali memerlukan pendekatan lintas sektoral untuk mengatasinya. Oleh karena itu, membangun kerjasama untuk kesehatan yang lebih baik menjadi suatu keharusan. Artikel ini akan membahas pentingnya kerjasama dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan bagaimana berbagai pihak dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Pentingnya Kerjasama dalam Kesehatan Global

Dalam menghadapi pandemi seperti COVID-19, kita menyaksikan betapa pentingnya kerjasama antar negara, organisasi internasional, dan lembaga kesehatan. Penyebaran virus yang cepat menunjukkan bahwa kesehatan satu negara dapat mempengaruhi kesehatan negara lain. Oleh karena itu, kolaborasi internasional menjadi kunci untuk mengembangkan strategi pencegahan dan penanganan yang efektif. Kerjasama ini meliputi berbagi informasi, sumber daya, dan teknologi untuk memastikan bahwa semua negara, terutama yang kurang berkembang, mendapatkan akses ke vaksin dan perawatan yang diperlukan.

Model Kerjasama yang Efektif

Membangun kerjasama yang efektif memerlukan pemahaman tentang peran masing-masing pihak. Kerjasama publik-swasta adalah salah satu model yang dapat diimplementasikan. Dalam hal ini, pemerintah dapat berkolaborasi dengan perusahaan swasta untuk membiayai dan mengembangkan infrastruktur kesehatan. Misalnya, perusahaan farmasi dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam penelitian dan pengembangan obat-obatan serta vaksin. Selain itu, melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan sangat penting. Masyarakat memiliki pengetahuan lokal yang berharga dan dapat membantu dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang perlu diatasi. Program-program kesehatan yang berbasis komunitas, di mana masyarakat dilibatkan secara aktif, cenderung lebih berhasil karena didukung oleh partisipasi dan dukungan lokal.

Teknologi dan Inovasi dalam Kerjasama Kesehatan

Di era digital saat ini, teknologi memainkan peran penting dalam membangun kerjasama untuk kesehatan yang lebih baik. Penggunaan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi memungkinkan berbagai pihak untuk berbagi data dan informasi secara real-time. Hal ini tidak hanya membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik tetapi juga mempercepat respons terhadap masalah kesehatan. Inovasi dalam telemedicine dan aplikasi kesehatan juga membuka peluang baru untuk kerjasama. Misalnya, layanan kesehatan jarak jauh dapat menghubungkan dokter dengan pasien di lokasi terpencil, meningkatkan akses terhadap perawatan kesehatan yang berkualitas. Kerjasama antara penyedia layanan kesehatan dan perusahaan teknologi dapat menciptakan solusi yang lebih efektif dan efisien.

Tantangan dalam Membangun Kerjasama

Meskipun kerjasama untuk kesehatan yang lebih baik memiliki banyak manfaat, tidak jarang tantangan muncul dalam pelaksanaannya. Salah satu tantangan utama adalah perbedaan kepentingan dan prioritas antara berbagai pihak yang terlibat. Misalnya, sektor swasta mungkin lebih fokus pada keuntungan finansial, sementara organisasi non-pemerintah lebih mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk membangun dialog yang terbuka dan transparan di antara semua pihak untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Selain itu, kurangnya sumber daya dan pendanaan seringkali menjadi hambatan bagi kerjasama. Untuk itu, diperlukan komitmen dari pemerintah dan sektor swasta untuk menginvestasikan sumber daya yang cukup dalam program-program kesehatan.

Continue Reading

Kebijakan Kesehatan

Program Pengendalian Penyakit Menular (P2M) : Upaya Strategis untuk Mengatasi Penyebaran Penyakit di Indonesia

Published

on

By

Program Pengendalian Penyakit Menular, atau yang sering disingkat P2M, adalah salah satu program utama yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Program ini bertujuan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengurangi penyebaran berbagai penyakit menular di Indonesia, termasuk penyakit-penyakit seperti tuberkulosis (TB), HIV/AIDS, malaria, demam berdarah dengue (DBD), hepatitis, lepra, dan COVID-19, serta berbagai penyakit menular lainnya. Program ini dirancang untuk melindungi masyarakat dari ancaman penyakit menular yang dapat menimbulkan dampak besar, baik terhadap kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Tujuan Utama Program Pengendalian Penyakit Menular

P2M bertujuan untuk:

  1. Mengurangi Angka Kesakitan dan Kematian: Mengendalikan penyebaran penyakit menular untuk menurunkan angka kejadian dan angka kematian akibat penyakit tersebut.
  2. Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat: Dengan mengurangi beban penyakit menular, program ini berupaya meningkatkan kualitas hidup individu dan komunitas.
  3. Memutus Rantai Penularan: Melalui deteksi dini, perawatan, pengobatan, dan tindakan pencegahan, P2M berfokus pada pemutusan rantai penularan penyakit.
  4. Menyiapkan Sistem Tanggap Darurat Kesehatan: Program ini juga memastikan kesiapsiagaan menghadapi wabah baru yang berpotensi menjadi pandemi di masa mendatang.

Komponen Utama Program P2M

Program P2M melibatkan sejumlah komponen kunci untuk pengendalian penyakit menular, yaitu:

  1. Deteksi dan Surveilans: Memantau dan mendeteksi kasus penyakit menular secara cepat melalui sistem surveilans yang kuat di tingkat nasional hingga tingkat lokal. Ini memungkinkan identifikasi dini wabah penyakit dan respons cepat untuk mengatasi penyebaran.
  2. Pemberian Vaksinasi: Melakukan imunisasi untuk mencegah penyakit menular tertentu, seperti imunisasi polio, campak, hepatitis B, dan rubella. Vaksinasi massal juga dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya epidemi.
  3. Penemuan Kasus Aktif: Melakukan penemuan kasus secara aktif melalui penapisan di masyarakat, khususnya untuk penyakit-penyakit seperti tuberkulosis dan HIV/AIDS yang memiliki angka penyebaran tinggi. Hal ini dilakukan agar penderita dapat dideteksi sejak dini dan segera diberikan pengobatan.
  4. Pemberian Pengobatan Gratis: Mengadakan layanan pengobatan yang mudah diakses bagi penderita penyakit menular. Contohnya adalah pengobatan gratis bagi penderita TB, HIV/AIDS, dan malaria. Hal ini bertujuan untuk memastikan setiap pasien mendapatkan pengobatan yang tepat sehingga mencegah penularan lebih lanjut.
  5. Edukasi dan Penyuluhan Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pencegahan penyakit menular, pentingnya menjaga kebersihan, dan pentingnya mengikuti program vaksinasi. Edukasi ini melibatkan media massa, fasilitas kesehatan, serta tenaga kesehatan di tingkat komunitas.
  6. Pengendalian Vektor dan Faktor Risiko: Melakukan pengendalian terhadap vektor pembawa penyakit seperti nyamuk, yang dapat menularkan malaria dan demam berdarah. Selain itu, faktor risiko seperti sanitasi lingkungan juga menjadi fokus utama dalam program ini untuk mencegah penyebaran penyakit.
  7. Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan: Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada tenaga kesehatan agar mampu menangani dan mengendalikan penyakit menular dengan metode dan standar yang terbaru. Ini melibatkan berbagai pelatihan teknis dan pengetahuan tentang protokol pengendalian infeksi.
  8. Kolaborasi Antar-Sektor dan Antar-Instansi: Melibatkan berbagai instansi dan sektor dalam mendukung program ini, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, serta lembaga internasional seperti WHO dan UNICEF. Kolaborasi ini membantu meningkatkan efektivitas program melalui sumber daya dan pengalaman yang beragam.

Tantangan dalam Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Menular

Meskipun memiliki program yang terstruktur, P2M menghadapi sejumlah tantangan dalam pelaksanaannya, antara lain:

  • Keterbatasan Sumber Daya: Terutama di daerah terpencil, di mana fasilitas kesehatan dan tenaga medis sangat terbatas.
  • Kesadaran Masyarakat yang Masih Rendah: Beberapa masyarakat masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya pencegahan penyakit menular dan cenderung abai terhadap praktik kebersihan dan kesehatan.
  • Pergerakan Penduduk: Mobilitas penduduk yang tinggi antardaerah dan antarnegara meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
  • Resistensi Terhadap Pengobatan: Munculnya resistensi pada bakteri atau virus tertentu, seperti bakteri TB yang resisten obat, membuat penanganan menjadi semakin sulit.
  • Pandemi Global: Wabah seperti COVID-19 memerlukan penanganan ekstra karena dapat mengganggu fokus pengendalian penyakit lainnya.

Program Pengendalian Penyakit Menular (P2M) adalah upaya strategis yang sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan berbagai upaya deteksi, pengobatan, edukasi, dan pemberantasan vektor, program ini bertujuan meminimalkan penyebaran penyakit menular dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Program ini perlu didukung oleh kesadaran masyarakat, kerja sama lintas sektor, dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam upaya mengendalikan penyakit menular di Indonesia.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2017 www.edukasimasda.com